September 14, 2009

Gue 10 tahun kedepan

Post ini ter-inspirasi (cieelaah bahasa luu) dari post nya Alya yang mau jadi dokter di Afrika, mulia banget gile.

***

Well, gue udah kelas 11 jurusan IPA, rada gimanaaa gitu soalnya sebenernya gue rada ribet sama Fisika/Matematika, jadi pas tau masuk jurusan IPA jadi rada parno gitu gue. Tapi bayangkan kalo gue masuk IPS, pasti gue ga bisa. Waktu kelas 10, nilai ekonomi - sosiologi gue ga pernah menunjukkan adanya pencerahan, segitu-segitu aja. Apalagi yang namanya ekonomi tuh amit-amit deh susahnya, pake segala ada acara bikin grafik, kurva ini itu lah, fungsi ini itu lah, dan hasilnya gue jadi remedmania-girl.

Kalo udah lulus nanti gue mau ambil jurusan Kedokteran (Amin ya Allah), terus kuliah selama 4-6 tahun, nah selama kuliah, gue mau jadi BEM, kereeeeen. Terus setelah lulus dan jadi dokter umum, gue mau ambil spesialis Ginekologi.

(masalah perkawinan gue lewatin dulu ya)

Terus, kalo udah begitu, gue kerja di klinik kecil gitu didaerah pelosok Makassar, Aceh atau Medan selama 3-4 tahun. Gue bisa bantu cewek-cewek pelosok mengatasi sakit perut mens yang kadang ditangani dengan salah kaprah dan akibatnya bisa jadi lebih buruk. Gue juga mau ngebantu mereka buat ngelahirin, supaya ga ada lagi tuh ibu-ibu/bayi yang tewas pas lagi proses lahiran gara-gara prosedur salah yang dilakuin para dukun beranak yang bahkan mungkin ga pernah mencicip bangku sekolah.

Gue juga akan memperkenalkan (dan memaksa) mereka melakukan KB a.k.a Keluarga Berencana, supaya didalem satu keluarga, semuanya bisa makan cukup, tidur lega dan sekolah yang bener, jadi anak-anak itu bakal jadi orang-orang yang berguna nantinya.

Terus setelah abis masa bakti gue di pelosok, gue akan kerja dirumah sakit besar dengan pendapatan diatas 1 juta rupiah per hari. Dengan itu, gue bisa beli rumah yang gede banget dan bisa mempunyai gaya hidup yang keren.

Kalo masih sanggup, gue akan sekolah lagi dan menjadi seorang Konsultan Onkologi.

AMIN YA ALLAH!, ayo semuanya bilang AMIN! (maksa)

September 10, 2009

Absurd

"God was invented to explain mystery. God is always invented to explain those things that you do not understand"- Richard Feynman.

Alrite, but I don't know why can't I understand about that "L" thingy? I think it takes forever to deeply understand about "L".

Thats too absurd, there's no formula to solve the problem and I believe until the end of the world nobody will found the theorem for human love problem. Everyone have to solve it themselves, with their own heart.

I just realized when I typed "with their own heart", me myself just can't use my own heart to solve my own problem, that's it. I just can't do everything irrational. everything have to match up with my logical side, OH GOD WHY THIS HAPPENING TO ME?

I even can't trust myself for loving someone, I keep following what others say and thats sucks. I'M SIXTEEN AND CAN'T MAKE MY OWN DECISION, how pathetic.


*Pardon my grammar -,-

August 21, 2009

HAPPY FAAASTIIIIIN'

Ramadan is comiiiiiing, bersyukur dong masih bisa ngerasain Ramadan tahun ini (alhamdulillaah), selamat puasa dan ber-diet ria ya, mudah-mudahan puasa kali ini bermanfaat buat kita semua. Well, seperti yang udah kesebar dimana-mana, Ramadan kali ini dimulai dengan berita ga enak soal Malaysia yang mencuri budaya Indonesia (lagi) dan kali ini berupa tari Pendet.

dang! what the hell are they thinkin' about

Gue ga mau ngebahas tentang Malaysia nya tapi gue mau ngebahas tentang orang Indonesia nya. Ya, gue pikir kita (orang Indonesia) terlalu reaktif kalo ngadepin pencurian budaya kayak gini. Bener kan? coba deh, kita marah banget waktu Reog Ponorogo diakuin sama Malaysia, tapi sebelum diakuin orang lain, jujur ya, siapa yang peduli sama Reog Ponorogo? Some of us (termasuk gue) mungkin nganggep Reog Ponorogo itu kampungan, norak, ngapain coba nari-nari pake topeng gitu?. Gue ga mau munafik ya, sebelum 'kasus pencurian' yang itu, gue tau Reog Ponorogo cuma namanya doang tariannya gue ga tau kayak gimana, so yeah waktu Reog Ponorogo itu dicuri, reaksi gue cuma "oh, dicuri? ih sial banget tuh negara" terus gue baru deh browsing tentang Reog Ponorogo yang udah terlanjur dicuri itu.

Tapi yang ini beda

Kenapa? karena waktu gue SD dulu, trend nya itu anak-anak SD pada les tari Bali, jadi gue termasuk dalam kelompok 'anak-anak SD les nari Bali', dan itu susah banget, latihannya juga lama. Yang dinilai ada 3 : Wirama, Wiraga, Wirasa (CMIIW), waktu itu gue tampil di Taman Mini, sebulan sebelum tampil, les nya jadi seminggu 4 kali dari sebelumnya seminggu 2 kali. Pegel banget emang..

Jadi karena gue udah kenal banget yang namanya Tari Pendet dengan kostumnya yang open-shoulder dan semua semuanya *sledet,pong!*, waktu Malaysia meng-claim tari Pendet, gue jadi kesel sendiri, kenapa gitu mereka capek-capek ngakuin budaya orang, kan mereka punya budaya sendiri, tuh Noordin M Top contoh cetakan budayanya LOLZZ.

Setelah puas ngomel di twitter.. setelah kepala gue kembali dingin, gue baru sadar, kalo sebenernya kita (orang Indonesia), mencintai semua budaya tanah air, bukan cuma Tari Pendet atau Reog Ponorogo atau lagu Rasa Sayange, dan yang jadi masalah kita cuma satu, NGGAK TAU, itu aja. Seandainya kita tau semua budaya kita, terus dipelajarin, pasti kita lebih bisa ngejaga mereka.

Tapi rupanya susah juga buat tau semua budaya yang ada disini, terlalu banyak.
Jadi, masalah ini kembali ke pemerintah, please dooooong!! jangan cuma ngadain pergelaran budaya besar-besaran satu abad sekali (waktu seabad Harkitnas doang), coba deh lebih sering. Inget ya, pepatah "tak kenal maka tak sayang" itu berlaku loh.

Selamat puasa, jaga emosi :)